Sygmadayainsani, Jakarta Dayak Suku Maan merupakan salah satu suku Dayak yang sangat beragam, kaya akan budaya dan kearifan lokal. Salah satu hal yang menarik dari budaya Dayak-Maan adalah ucapan atau ucapannya yang sarat makna dan penuh hikmah yang berharga.
Peribahasa dalam bahasa Dayan Maan merupakan wujud kearifan lokal yang tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kata-kata tersebut mengandung filosofi dan hikmah yang mendalam serta mencerminkan pengalaman hidup suku Dayak Maan dalam menyikapi lingkungan alam disekitarnya.
Dalam bahasa Dayak Maan banyak sekali nilai-nilai positif yang bisa menjadi teladan bagi masyarakat saat ini. Baik itu tentang kehidupan sosial, masyarakat atau hubungan dengan alam dan makhluk hidup lainnya. Kata-kata tersebut mengandung pesan moral yang mendorong kita untuk hidup saling menghormati dan menyayangi serta menjaga keharmonisan dengan alam sekitar kita.
Ketika kita mempelajari kata-kata bahasa Dayak-Maan, kita tidak hanya akan terkesima dengan keindahannya, namun kita juga akan dikenalkan dengan nilai-nilai mendalam yang mempengaruhi kehidupan kita. Dengan mempelajari peribahasa tersebut, kita dapat belajar dari kearifan lokal dan tradisi yang telah ada selama berabad-abad dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.
Berikut sejumlah kata-kata bahasa Dayak yang memiliki makna mendalam dan hikmah berharga yang dihimpun Sygmadayainsani pada Jumat (3/8/2024) dari berbagai sumber.
“Dunrung ruah langka, petan sangkuh benet” adalah sebuah pepatah dalam bahasa Dayak Maan yang memiliki makna mendalam dan sarat akan hikmah berharga. Dalam bahasa Dayak-Maan, kata-kata tersebut menggambarkan tujuan hidup yang luhur serta diperlukan keberanian dan ketekunan untuk mencapainya.
“Dunrung ruah langka” secara harafiah berarti “hal kecil yang meleleh” dan menggambarkan tantangan serta hambatan dalam mencapai tujuan. Dalam hidup, kita sering kali menemui berbagai kesulitan dan kegagalan. Namun pepatah ini ingin menyampaikan pesan bahwa kita tidak boleh menyerah atau menyerah ketika menghadapi kegagalan.
Sebaliknya, “petan sangkuh benet” berarti “usaha yang sungguh-sungguh pasti akan membuahkan hasil”. Hal ini mengingatkan kita bahwa kesuksesan dan pencapaian tujuan hanya mungkin terjadi melalui kerja keras dan ketekunan yang konsisten. Dengan motivasi yang kuat dan semangat yang gigih, kita akan mampu mengatasi rintangan dan mencapai impian kita.
Makna pepatah ini membawa pesan universal tentang pentingnya usaha dan motivasi untuk sukses. Tidak ada jalan pintas menuju kesuksesan dalam hidup. Kita harus terus berjuang, meski terkadang mengalami kemunduran dan tantangan yang sulit. Dengan terus berusaha dan pantang menyerah, kita akan belajar dari pengalaman kita dan mampu mencapai apa yang kita impikan.
Dengan mengingat dan menerapkan makna pepatah Dayak Maan, kita dapat memperoleh motivasi dan inspirasi untuk terus berusaha dan menghadapi setiap rintangan hidup dengan tekad yang kuat.
Pepatah “Anipe katelen karah karengkup” merupakan salah satu pepatah atau ucapan bahasa Dayak Maan yang mempunyai makna mendalam dan sarat akan hikmah yang berharga. Dalam peribahasa ini ada kaitannya dengan sifat seseorang yang memaksakan kehendaknya dan tidak memikirkan perasaan orang lain.
Maksud dari pepatah tersebut adalah seseorang terlalu memaksakan kehendaknya sendiri tanpa memperhatikan atau menghargai perasaan dan keinginan orang lain. Hal ini menunjukkan keegoisan dan kurangnya kasih sayang terhadap orang lain. Seseorang dengan sifat seperti itu cenderung mengabaikan pandangan, perasaan, dan kebutuhan orang lain hanya demi mencapai tujuan dan keinginannya sendiri.
Melalui pepatah tersebut, kita diminta untuk memeriksa diri sendiri agar tidak menjadi pribadi yang memaksakan kehendak pada orang lain dan tidak mempertimbangkan perasaannya. Kebijaksanaan dan pertimbangan orang lain merupakan faktor penting dalam menciptakan keharmonisan dan hubungan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memahami makna pepatah “Anipe katelen karah karengkup”, kita menjadi lebih bijak dalam bertindak dan berusaha untuk selalu memperhatikan perasaan dan kebutuhan orang lain. Hal ini akan membantu menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang lain dan menciptakan lingkungan yang harmonis.
Gajah Batan Hang Ambau merupakan salah satu kata dalam bahasa Dayak Maan yang mempunyai makna mendalam. Kata ini secara harfiah berarti “luka pada gajah”. Kata ini sering digunakan dalam peribahasa yang mengandung pelajaran berharga.
Pepatah “batan hang ambau gajah” menggambarkan seseorang yang berusaha melepaskan diri dari beban atau masalah yang lebih besar dengan cara mengatasi masalah atau kesulitan. Seperti halnya luka gajah, lukanya biasanya lebih kecil atau ringan dibandingkan dengan ukuran gajah itu sendiri.
Makna pepatah ini mengajarkan kita untuk berani menghadapi bencana dan kesulitan dengan sikap yang kuat dan tidak kenal takut. Sekalipun kita menderita atau masih menderita, kita harus tetap berani dan berusaha mengatasi masalah tersebut.
Makna pepatah “Ipahanrai sasameh punggur” dalam bahasa Dayak Maan sangat menarik dan sarat akan pelajaran berharga. Pepatah ini mengacu pada meminta bantuan dari orang yang tidak mampu.
“Ipahanrai sasameh punggur” secara harafiah berarti “meminta bantuan kepada orang yang tidak mampu memanen pohon punggur”. Dalam budaya Dayak-Maan, pohon Pungur dianggap sebagai simbol kehidupan serta melambangkan keberkahan dan kesuburan. Meminta bantuan kepada masyarakat yang tidak mampu memanen pohon pungur melambangkan kerendahan hati dan rasa gotong royong yang baik.
Pepatah ini mengajarkan pentingnya menghargai dan menghormati orang lain, apapun keadaan atau status sosialnya. Dalam budaya Dayak Maan, meminta bantuan kepada orang yang tidak mampu berarti menghargai kemampuan dan potensi yang dimiliki setiap individu. Hal ini juga meningkatkan solidaritas dan persatuan antar masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, pepatah ini mengajarkan kita untuk tidak memandang rendah atau mengucilkan orang yang kurang beruntung. Sebaliknya, kita harus bersikap rendah hati dan menunjukkan kebaikan kepada mereka, karena siapa tahu mereka juga mempunyai potensi yang berharga dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kehidupan kita. Dengan cara ini, kita dapat memperkuat ikatan sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih harmonis.
Lagipula, pepatah “Ipahanrai sasameh punggur” mengajarkan kita pentingnya rendah hati, saling menghormati dan membantu orang lain. Makna pepatah ini tidak hanya mengacu pada budaya Dayak Maan saja, namun juga relevan dalam kehidupan kita sehari-hari.
“Hala etang bangkai hala on ulah rarung” merupakan salah satu kata bahasa Dayak Maan yang mempunyai makna mendalam dan sarat akan hikmah yang berharga. Terkait dengan peribahasa tersebut terdapat pesan moral yang mengajarkan pentingnya bersikap dan berbuat sewajarnya.
Pepatah ini secara harafiah berarti: “Pemujaan terhadap jenazah tidak boleh sembarangan.” Dalam kehidupan sehari-hari, makna pepatah ini membawa pesan bahwa kita harus menghargai apa yang kita miliki dan tidak mengabaikannya atau mengambilnya begitu saja. Selain itu, pepatah ini juga mengajarkan agar kita berhati-hati dalam bertindak dan tidak gegabah.
Pepatah Dayak Maayan “Munu iwek, nyambelum wawui” mempunyai makna yang agak kontroversial, yaitu membunuh babi peliharaan untuk beternak babi hutan. Namun dengan pemahaman yang mendalam, kita bisa mengatasi pepatah tersebut dengan tindakan yang benar.
Pertama, kita perlu memahami arti dari pepatah tersebut. Meski tindakannya tampak kontradiktif, pepatah ini mengandung pesan yang lebih besar. Dalam budaya Dayak-Maan, membunuh babi peliharaan dikaitkan dengan membawa kegembiraan atau membantu orang lain dalam beberapa hal.
Untuk menafsirkan pepatah ini, penting bagi kita untuk mengenali kegembiraan dan kebahagiaan orang lain. Sekalipun tindakan tersebut tidak selalu sejalan dengan keinginan atau nilai-nilai kita, kita harus mampu menghargai dan menghormati perbedaan tersebut.
Namun, penting juga untuk menemukan keseimbangan dalam memberikan kebahagiaan kepada orang lain tanpa mengorbankan kebahagiaan atau nilai-nilai kita sendiri. Memahami relevansi pepatah ini dapat membantu kita menemukan cara yang tepat dalam menghadapi situasi di sekitar kita.
Secara umum pepatah “Munu iwek, nyambalum wawui” mengajarkan kita untuk lebih terbuka terhadap perbedaan dan menghargai kegembiraan dan kebahagiaan orang lain tanpa mengabaikan nilai dan kebahagiaan diri sendiri.
Pepatah “Nyambalum Ramai Hang Kapit Gantang” dalam bahasa Dayak Maan mempunyai makna yang dalam dan sarat akan hikmah yang berharga. Dalam bahasa Indonesia pepatah ini dapat diartikan sebagai: “Sebelum hujan datang, kamu perlu menyiapkan tempat berteduh.”
Pepatah ini mengajarkan kita untuk selalu siap menghadapi masa-masa sulit yang akan datang. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering menghadapi tantangan, cobaan dan kesulitan yang tidak terduga. Oleh karena itu, pepatah ini mengingatkan kita untuk selalu siap dan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapi keadaan dengan bijak.
Makna “Nyambalum Ramai Hang Kapit Gantang” juga menekankan pentingnya persiapan sebelum mengambil tindakan atau mengambil keputusan penting. Dalam hidup, kita sering kali mengambil keputusan yang terburu-buru tanpa berpikir matang, yang pada akhirnya bisa berujung pada kesalahan atau penyesalan di kemudian hari.
Pepatah ini mengingatkan kita untuk selalu meluangkan waktu untuk merencanakan dan mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengambil tindakan atau mengambil keputusan penting. Dengan cara ini, kita dapat menghindari masalah yang tidak diinginkan dan menghadapi tantangan apa pun dengan lebih baik.
Secara umum pepatah “Nyambalum Ramai Hang Capit Gantang” mengajarkan kita untuk bersiap menghadapi masa-masa sulit dan pentingnya bersiap sebelum mengambil tindakan atau mengambil keputusan penting. Hal ini memungkinkan kita untuk menjalani kehidupan yang lebih fokus, lebih bijaksana dan lebih sukses.
“Nyalah karewau napait hangurung” merupakan salah satu peribahasa bahasa Dayak Maan yang mempunyai makna mendalam dan sarat akan hikmah yang berharga. Secara harfiah, pepatah ini dapat diterjemahkan sebagai “Jangan menghiasi ikan nilam sampai alirannya terkendali, dan jangan bertindak tergesa-gesa sebelum semuanya dipelajari dengan cermat.”
Makna pepatah ini mengajarkan kita untuk tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan atau bertindak. Kata “Karewawa” mengacu pada ikan nilam, sejenis ikan yang ditemukan di Sungai Dayak Maanyan. Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga sangat digemari masyarakat. Namun sebelum menjual atau memanfaatkan ikan tersebut, perlu dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap kondisi sungai dan ikan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, pepatah ini mengajarkan kita untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan penting. Sebelum mengambil tindakan apa pun, kita harus mempertimbangkan semua aspek yang relevan dan mengambil langkah cerdas. Hal ini penting agar kita tidak melakukan kesalahan yang dapat berdampak buruk pada diri kita atau orang lain.
Ketika kita memahami makna dari pepatah “Nyalah karewawa napait hangurung”, kita diingatkan untuk selalu berpikir matang dan bertindak bijak dalam situasi apapun. Jangan terburu-buru, pikirkan matang-matang sebelum mengambil tindakan.